Jumat, 07 Juni 2013

tanaman pare

-->
I.    PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Tanaman pare (Momordica charantia. L)  merupakan tanaman setahun yang bersifat merambat lalu tanaman pare ini merambat dengan menggunakan lanjaran, rasanya pahit sehingga banyak disukai masyarakat. Pare juga termasuk komoditas tanaman holtikultura yang dikelompokkan kedalam sayur-sayuran. Tanaman pare bukanlah tanaman asli indonesia, melainkan berasal dari luar negri yang beriklim panas (tropis). Para ahli tanaman memastikan asal tanaman pare terdapat di Asia. Terutama di daerah India bagian barat, yakni Assam dan Burma.
Tanaman pare termasuk golongan Cucurbitaceae yang banyak digemari masyarakat dan mempunyai nilai ekonomis yang masih rendah. Adapun kandungan gizi buah pare tiap 100 gr bahan yaitu : Protein 0,90 g, Lemak 0,04 g, Karbohidrat 4,60 g, Kalsium 32,00 mg, Fosfor 32,00 mg, dan mengandung Vitamin A,B, dan C, dan bagian yang dapat dimakan 77% (Rukmana, 1997).
Dari hasil laporan tahunan Dinas Tanaman Pangan (2009) menyatakan bahwa produksi sayur-sayuran terutama pare masih tergolong sangat rendah dengan luas lahan yang kurang dari 1 ha dan produksi kurang dari 1 ton/ha, dengan total produksi per tahun 10,5 ton dengan luas areal 13,4 ha.



 Sehingga dalam laporan tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan tentang produksi tanaman pare dianggap tidak ada karena produksinnya yang sangat rendah. Pembudidayaan tanaman di Riau banyak mengalami kendala, salah satu diantaranya adalah kesuburan tanah  atau hara tanaman yang rendah, apabila ini tidak di tanggulangi maka tanaman tidak akan berproduksi secara maksimal, pemiliharaan dalam pembibitan, dan produksi pemasaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kesuburan adalah pemupukan.
 Kendala lain yang dihadapi dalam membudidayakan pare adalah tidak tercapainnya produksi yang maksimal. Untuk mengatasi permasalahan ini maka diperlukan zat peransang tumbuh, yang mana zat ini dapat meransang terbentuknya bunga betina yang lebih banyak. Zat pengatur tumbuh pada tanaman ialah senyawa organik, dimana dalam jumlah sedikit dapat mendukung proses fisiologis tanaman. Salah satunya adalah zat peransang tumbuh urin sapi.
Zat pengatur tumbuh atau yang dikenal dengan (ZPT) itu berfungsi untuk memacu pertumbuhan pemasakan buah dan bunga dalam perkembangan tanaman. Dahulu pupuk organik seperti urin sapi belum dikenal oleh masyarakat petani karena urin sapi ini mempunyai bau yang tidak sedap dan menjijikkan, namun dengan perkembangannya teknologi para peneliti telah mengemukakan bahwa urin sapi mempunyai banyak manfaat untuk tanaman.  Untuk itu dapat digunakan zat pengatur tumbuh yang sifatnya alam, mudah diperoleh petani, ramah lingkugan dapat dilakukan dengan mudah dan memiliki harga yang murah sehingga dapat terjangkau oleh petani.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) alami yang dapat digunakan diantaranya adalah urin sapi.
Urin sapi digunakan sebagai bahan yang dapat mendorong pertumbuhan tanaman. Selain mengandung ZPT, urin juga mengandung senyawa lain seperti nitrogen dalam bentuk amoniak. Amoniak tersebut menyebabkan tingginya suhu urin sapi. Keadaan ini dapat di turunkan dengan melakukan fermentasi dengan bantuan bakteri pengurai atau melakukan pemeraman.
Pupuk NPK memegang peranan penting dalam berbagai proses metabolisme tanaman,  keuntungan  dari pupuk ini mempunyai keseimbangan hara  pada tanaman dengan perbandingan pemberian nitrogen, fosfor dan kalium terhadap pertumbuhan tanaman,  pupuk NPK  tersedia dalam jumlah banyak, pemberiaanya dapat terukur dengan tepat karena pada umumnya takaran haranya pas dan pupuk ini mudah diangkut karena jumlahnya yang relatif sedikit, nitrogen, fosfor dan kalium terhadap pertumbuhan tanaman, mudah diaplikasikan, lebih efisien dalam pemakaian, meningkatkan kesuburan tanah dan kegiatan biologi tanah dengan menambahkan bahan organik dalam jumlah yang memadai. (Lingga dan Marsono, 2011).
Nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk meransang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis, merupakan unsur utama pembentuk protoplasma sel, asam amino dan klorofil.
 Unsur yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan kualitas tanaman, karena N merupakan penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tanaman seperti asam amino. Semakin tinggi kadar nitrogen, maka semakin cepat pula sintesis karbohidrat yang terjadi.
Fosfor (P) berperan pada setiap fisiologis tanaman, baik yang menyangkut pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Fosfor merupakan komponen utama asam nukleat yang berperan dalam pembentukan akar. Fungsi utama unsur ini adalah mempercepat pertumbuhan akar semai, mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa, mempercepat pembungan dan pemasakan buah atau biji, meningkatkan produksi biji. Kebutuhan unsur P lebih sedikit bila dibandingkan dengan N dan K. Untuk menambah produksi buah ,unsur P tidak bekerja sendiri, tetapi akan berkombinasi dengan unsur yang lain.
Kalium (K) merupakan unsur utama yang keberadaannya sangat di butuhkan tanaman. Unsur kalium berperan dalam pembentukan protein dan karbohidrat, kalium juga memperkuat tubuh  tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur, meningkatkan resistensi terhadap hama penyakit tanaman serta meningkatkan kualitas biji dan buah. Aktivitas penting dalam proses fisiologis, seperti fotosintesis dan respirasi yang banyak dipengaruhi unsur kalium merupakan komponen mengatur osmotik dalam sel. Untuk lebih melengkapi unsur hara makro yang diperlukan oleh tanaman agar dapat tumbuh lebih baik perlu ditambahkan pupuk, salah satunya adalah dilakukan dengan pemberian pupuk tambahan NPK (16:16:16).
Pupuk NPK mengandung unsur hara yang di butuhkan tanaman selama masa pertumbuhannya, NPK juga memegang peranan penting dari  fase generatif  sampai fase vegetatif seperti saat mulai berbunga dan berbuah. 

B.  Tujuan penelitian
       Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengaruh pemberian urin sapi dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pare.
2.      Untuk mengetahui pengaruh pemberian urin sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pare.
3.      Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk NPK (16:16:16) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pare.
                                 
C.  Hipotesa
      H0:
1.      Tidak ada pengaruh pemberian urin sapi dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pare.
2.      Tidak ada pengaruh pemberian urin sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pare.
3.      Tidak ada pengaruh pemberian pupuk NPK (16:16:16) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pare.


      HI:               
1.      Ada pengaruh pemberian urin sapi dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pare.
2.      Ada pengaruh pemberian urin sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pare.
3.      Ada  pengaruh pemberian pupuk NPK (16:16:16) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pare.
II.  TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman pare (Momordica charantia. L) termasuk tanaman semusim yang bersifat menjalar atau merambat. Struktur batangnya tidak berkayu, mempunyai sulur-sulur pembelit yang berbentuk pilin. Daun pare berbentuk menjari dengan permukaan atas berwarna hijau tua dan permukaan bawah hijau muda atau hijau kekuning-kuningan. Tanaman ini mempunyai bau yang khas dan mempunyai rasa yang khas yaitu rasa pahit. Dari ketiak daun tumbuh tangkai dan kuntum bunga yang berwarna kuning menyala, sebagian bunga jantan dan sebagian merupakan bunga betina. Buah pare berbentuk bulat panjang, permukaan buah berbintil-bintil, daging buah agak tebal, dan didalamnya terdapat sebuah biji pare yang berbentuk bulat, berkulit agak tebal dan keras, serta permukaan tidak rata. Biji pare bisa digunakan sebagai bahan perbanyakan secara generatif ( Rukmana, 1997).
 Pare termasuk keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae). Pare  diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio spermatophyta, Sub devisio Angispermae, Klas Dicotyledoneae, Ordo Cucurbitales, Family Cucurbitaceae, Genus Momordica dan Spesies Momordica charantia.L (Rukmana, 1997).
Terdapat tiga jenis pare yang dibudidayakan yakni pare putih, pare hijau dan pare belut. Pare putih mempunyai ciri-ciri bentuk buah bulat lonjong, permukaan buah berbintil-bintil dan ukuran buah 18-20 cm , rasa buah pare putih tidak begitu pahit.
Pare hijau dengan ciri-ciri bentuk buah lonjong kecil dan berwarna hijau, permukaan buah berbintil-bintil dengan ukuran kecil dan halus dan ukuran buah25-30 cm, rasa buah pare hijau ini pahit, sedangkan yang terakhir adalah pare belut  dengan ciri-ciri buah bulat panjang agak melengkung, ukuran buah 30-60 cm, dan rasa buah tidak begitu pahit (Wahyudi, 2011).
Pare tergolong tanaman semak semusim yang tumbuh menjalar atau merambat. Akarnya berupa akar dan berwarna putih kotor, batang berusuk lima, telah tua dan akan menghilang,kulit buah sangat tipis, buah mengeriput, biji di selebungi pulp berwarna merah, jika sudah matang buah bewarna kuning pada ujungnya biasa buah membelah dan merekah ( Nugroho, 2006).
Rasa pahit pada tanaman pare terutama daun dan buah yang disebabkan oleh kandungan zat glukosida yang disebut momordisin. Zat yang menimbulkan rasa pahit mempunyai manfaat yang luas dalam pelayanan kesehatan masyarakat, diantaranya sebagai bahan obat tradisional untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit yaitu ; kencing manis ,wasir, kemandulan, dan menambah produksi ASI. Dan buah pare juga mengandung vitamin A, B dan vitamin C. Dengan memakan buah pare masak dapat meransang nafsu makan ( Safira, 2011).
Buah pare yang belum masak mengandung saponin, flavonoid, dan folipenol, serta glikosida cucurbitacin.



Pada biji buah pare telah berhasil ditemukan senyawa momorcharin yang aktif sebagai anti tumor, hal ini diharapkan juga akan ditemukan pada daging buah pare yaitu adanya senyawa kimia tertentu yang berpotensi sebagai agen anti tumor, oleh karena potensi buah pare yang begitu besar, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengungkapkan potensi buah pare kususnya sebagai anti tumor ( Wiwik, 2008).
 Daerah yang memperoleh curah hujan tinggi dapat menggagalkan pembungaan dan pembuahan, sehingga hasilnya akan rendah, disamping faktor iklim, lokasi kebun pare harus juga memenuhi persyaratan yaitu berupa faktor tanah yang banyak mengandung humus. Jenis tanah yang baik untuk budidaya adalah tanah lempung berapasir yang subur, banyak mengandung bahan organik, aerase dan drainasenya, serta tingkat kemasamannya (pH) antara 5-6 , dan tanam pare ini tidak memerlukan banyak sinar matahari. Jadi, dapat tumbuh di tempat yang agak teduh atau ternaungi (Nazaruddin, 2000). Salah satu yang dapat dilakukan untuk memenuhi akan kebutuhan tanaman pare adalah dengan cara pengembangan tanaman pare secara intensif dengan meningkatkan ketersedian unsur hara yang terutama untuk tanaman dalam pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Pupuk yang diberikan haruslah merupakan pupuk yang lengkap yaitu mengandung unsur hara makro dan mikro, dengan tujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Tanah yang subur, gembur, kaya bahan organik sangat cocok untuk tanaman pare terutama tanah berpasir atau lempung barpasir yang aerase dan draenasenya baik karena sistem perakaran pare tidak tahan terhadap genangan air dan struktur tanah yang padat, kondisi iklim yang dikehendaki antara lain mempunyai suhu antara lain 18 – 24 ºC. Kelembapan udara cukup tinggi antara lain  50 – 70 %  dan curah hujannya rendah antara lain  60 mm – 200 mm / bulan (Rukmana, 1997).
Tanaman pare memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi, tanaman ini bisa menyesuaikan diri terhadap keadaan iklim yang berlainan sekalipun tahan terhadap suhu dan curah hujan yang tinggi. Tanaman pare dapat ditanam di tempat yang berhawa panas dan dingin (Hendro, 2010).
 Urin sapi merupakan sisa hasil metabolisme di dalam tubuh hewan yang dieksresikan ke luar tubuh dalam bentuk cairan melalui saluran tertentu. Urin merupakan salah satu ZPT alami yang mirip dengan horman sintesis yaitu auxsin, IBA dan IAA yang dapat meransang pembentukan akar (Sarwono, 1990).
Menurut Mulyani dan Kartasapoetra (1998), disamping mengandung hormon tumbuh IAA, urin sapi juga mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Komposisi unsur hara yang terdapat disalam urin sapi adalah: 1,00% N, 0,20% P2O5, dan 1,35% K20. Persentase bahan  padat dan bahan cair pada pupuk sapi adalah: Bahan padat 44% bahan cair 6,3% walaupun persentase bahan padat lebih besar dari bahan cair tidaklah berarti bahwa kandungan zat N dan K berada lebih besar pada bahan padat, zat N dan K barada lebih banyak terdapat pada bahan cair, sedangkan P lebih banyak pada bahan padat. Pada bahan cair zat N yang banyaknya sangat tergantung pada mudah atau sukarnya makan dalam perut hewan dicernakan, zat ini ada didalam bentuk zat  berwarna putih telur, maka pada urin sapi tersebut  akan lebih banyak terkandung zat N.
Sapi yang diambil urinnya untuk dijadikan pupuk cair memiliki kriteria sebagai berikut : sapi jantan () berwarna hitam kemerahan dengan warna putih pada bagian pantat sampai perut, kerangka badan besar dengan dada lebar, dengan umur 2    tahun, berat  250 kg dan memiliki nafsu makan  yang tinggi. Efektifitas dari pemberian zat pengatur tumbuh pada tanman di pengaruhi oleh konsentrasi yang diberikan sehingga menimbulkan perbedaan aktivitasnya, perbedaan aktivitas zat tumbuh di tentukan oleh spesies yang digunakan, fisologis dan keadaan lingkungan. Zat pengatur tumbuh menberikan hasil yang di harapkan bila diberikan pada fase pertumbuhan yang tepat (Arbi dan Hitam, 1982).
Sosrosoedirjo (1981) menyatakan bahwa kandungan urin ditentukan oleh disrtribusi hasil metabolisme ke dalam susu, lemak, jenis dan sifat ternak serta lama penyimpanan urin sapi dilakukan. Namun kandungan yang lebih dominan pada urin sapi adalah Auksin dan Giberelin untuk mengatur pembungaan terutama golongan family (cucurbitaciae) salah satu contohnya adalah tanaman pare. Urin sapi ini mengandung auxsin golongan Indole Butirat Acid (IBA) dan senyawa-senyawa nitrogen (Dwijoseputro, 1984).
Budi ( 2008) yang mengatakan bahwa urine manusia dan hewan yang terutama habis makan zat-zat makanan yang berasal dari tumbuhan mengandung auksin, atau yang disebut heteroauksin. Heteroauksin tersebut ternyata adalah asam indol asetat (AIA).


Dalam urine sapi juga mengandung sejumlah auksin yang berasal dari makanannya berupa tumbuhan, terutama dari ujung tanaman seperti tunas, kuncup daun, kuncup bunga dan lain-lain, dimana tumbuhan tersebut didalm sistem pencernaannya diolah sedemikian rupa sehingga auksin diserap bersama dengan zat-zat yang ada pada tumbuhan tersebut, karena auksin tidak terurai dalam tubuh namun auksin dikeluarkan bersama urin.                                                                                       
Bagi tanaman, auxsin secara alami  dapat berperan dalam proses pertumbuhan dan diferensiasi sel sehingga meningkatkan pertumbuhan vegetatif yang dapat mempengaruhi perkembangan generatif, namun respon auxsin juga berhubungan dengan konsentrasinya dan tergantung pula pada kepekaan organ tanaman (Gardner, 1991).
 Suprijadji (1988)  menyatakan bahwa urin sapi selain mengandung auxsin juga mengandung  asam giberelin (GA) dan kinetin. Jumlah auxsin dalam urin sapi sangat beragam mulai dari 161,64-782,78 ppm dan jumlah GA juga beragam mulai dari 0,937,88 ppm. Besarnya jumlah hormon tersebut tergantung pada ransum dari sapi itu sendiri. Fungsi urin itu adalah untuk merubah sifat jantan ke betina yang artinya merubah sifat ( bunga jantan kebetina) karena pada umumnya bunga jantan lebih dominan dari pada bunga betina, dengan pemberian urin sapi ini diharapakan dominannya bunga betina.
Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp.
 Selain itu, hormon ini juga berperan dalam respon menanggapi rangsang dari melalui regulasi fisiologis berkaitan dengan mekanisme biosntesis GA. Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut: selain memacu pertumbuhan bunga dan buah giberelin juga berfungsi sebagai mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal   (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel, Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus  pembentukan buah dapat terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi. (Anonim, 2011).
Urin sapi (air kencing sapi). Fungsinya sama, yakni meransang pertumbuhan akar pada stek kopi sebagai bahan tanaman, cara penggunaannya, bahan urine dikumpulkan pada satu tempat, misalnya kaleng, saring urine dengan kain tipis atau kain kasa, encerkan urine dengan menggunakan air bersih sampai konsentrasi 5% atau 10% caranya yaitu 5 ml urine ditambah 50 ml air (5%) atau 10 ml urine ditambah 100 ml air (10%). Menurut Suprijadji (1988) urin sapi mengandung auksin karena sapi memakan jaringan tumbuhan yang mengandung auksin. Zat ini tidak dapat dicerna dalam tubuhnya sehingga akan terbuang bersama keluarnya urin.
Pemupukan perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman dalam pertumbuhan seperti tanaman pare, oleh karena itu tersedianya unsur hara yang cukup adalah penting artinya bagi tanaman. Pemupukan yang tepat dan benar akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman, menambah daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit , meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil. Pemberian pupuk akan sangat membantu tanaman pare untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan pemberian pupuk majemuk salah satunya adalah NPK (16:16:16) maka unsur hara makro yang terkandung akan dapat tersuplai bagi tanaman pare. NPK merupakan unsur hara makro yang diserap tanaman dari dalam tanah, dibutuhkan dalam jumlah yang cukup banyak dan jika kekurangan unsur tersebut maka pertumbuhan tanaman akan terganggu ( Novizan, 2007).
Pergantian pemakaiaan pupuk tunggal ( Urea, SP 36, dan KCL) telah dicanangkan untuk pertanian karena biaya produksi pertanian dari segi pupuk dapat ditekan dan untuk satu hektar sayuran hanya membutuhkan 250 kg NPK dan 150 kg Urea. Sedangkan pemerintah memberikan jaminan produksi, harga dan distribusi pupuk NPK bagi petani karena dengan mengurangi pemakaiaan pupuk tunggal selama ini telah distribusikan oleh pemerintah, Jadi pemberian pupuk NPK (16:16:16) dapat menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman terutama pada tanaman muda, kebutuhan tanaman pare terhadap pupuk NPK cukup besar. Pemupukan Tanaman pare perlu dipupuk agar mampu berproduksi dengan baik. Jenis pupuk yang diperlukan tak hanya pupuk organik, melainkan juga anorganik. Pupuk kandang sebagai pupuk organik diberikan saat pengolahan tanah sebanyak 10-15 ton/ha. Selain itu tambahkan pupuk NPK sebanyak 20 gram/lubang tanam atau sekitar 170-200 kg/ha ( http://www. Iptek.net.id.2005).
           


Pupuk buatan memiliki persentase kandungan hara yang tinggi, Salah satu nya adalah NPK 16:16:16 yang mengandung 16%N, 16%P2 O5, 16% K2O, Ca, Mg (Novizan, 2007). Dari hasil penelitian Fitriyah (2002), pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang primer, umur saat muncul bunga, umur panen pertama, dan jumlah buah. Perlakuan terbaik dengan pemberian pupuk NPK 20 gram / tanaman tomat.
Suatu tanaman akan tumbuh dengan baik dan subur jika semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam jumlah yang cukup. Kekurangan  unsur N dapat dilihat oleh tanaman yang dapat menyebabkan tanaman kerdil, daun pucat lalu menguning dan selanjutnya daun mengering mulai dari bawah sampai bagian atas yang disebabkan oleh terhambatnya proses pembelahan dan pembesaran sel tanaman (Lakitan, 1996).
Kekurangan unsur P  warna daun seluruhnya berubah kelewat tua tepi daun, cabang dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning lalu akan memperlambat proses pertumbuhan. Melemahkan jaringan, serta memperlamabat proses fisiologis, seperti fotosintesis dan respirasi. Kekurangan unsur K daun mengerut atau keriting, kemudian pada daun akan timbul bercak- bercak merah coklat, buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutu jelek, tidak tahan simpan dan produksi rendah. Jika dikombinasikan antara urin sapi dan pupuk NPK (16:16:16) maka urin sapi akan berfungsi sebagai mencegah gugur bunga/ gugur bakal buah, sedangkan pupuk NPK (16:16:16) yaitu dapat meningkatkan produksi buah pare ( Lingga dan Marsono, 2011).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar